TENTANG AKU DAN SAHABATKU
Pada suat hari, di pagi yang cerah. Seperti biasa aku terbangun dari tidurku dan aku segera mengambil air wudhu untuk melaksanakan sholat Subuh bersama dengan keluargaku. Hari itu bagiku sama seperti hari-hari sebelumnya, tidak ada yang istimewa. Seperti biasa pula, aku dan keluargaku segera melaksanakan rutinitas kita sehari-hari. Aku dan ketiga orang adikku berangkat ke sekolah, aku berangkat sendirian menggunakan sepeda motor, sementara ketiga orang adikku diantar oleh ayahku, setelah itu ayahku segera pergi kekantor dan ibu kami seperti biasa mengerjakan pekerjaan rumah tangga di rumah, hingga kami kembali ke rumah.
Seperti biasa sebelum aku sampai di sekolah, terlebih dahulu aku mampir ke rumah temanku yang tidak begitu jauh dari rumahku. Setelah itu, aku dan dia menuju ke rumah salah satu teman kami yang lain. Setiap hari, aku dan dua orang sahabatku berangkat ke sekolah bersama-sama. Tetapi, tidak hanya itu saja, setiap ada kegiatan dan tugas-tugas di sekolah kami juga selalu datang dan mengerjakannya bersama-sama. Kami sudah bersahabat sejak kami duduk di kelas X disalah satu SMA negeri yang ada di kota kami. Sekarang kami sudah duduk di kelas XI, saat pemilihan jurusan kami bertiga memilih jurusan IPA dan saat pembagian kelas ternyata kami bertiga sekelas lagi. Tentunya kami sanagat senang akan hal itu.
Selama di kelas XI, kami masih seperti di kelas X, mengerjakan tugas yang di berikan oleh guru, mengikuti kegiatan sekolah secara bersama-sama. Saat di kelas, kami juga sama seperti teman-teman yang lain aktif dalam mengikuti pelajaran dan juga sesekali kami bercanda dengan teman-teman yang lain. Teman-teman yang lain senang bergaul dengan kami, karena kami tidak pernah memilih-milih teman dalam bergaul. Kami ingin berteman dengan siapa saja, agar kami dapat saling berbagi dan saling bertukar pikiran satu sama lain.
Akan tetapi, salah satu teman kami, pernah mengatakan kepada kami, bahwa dia ingin pindah dari sekolah kami. Bukan karena kemauannya tetapi, kemauan orang tuanya. Orang tuanya ingin menyekolahkannya di luar negeri. Memang dia, merupakan anak yang tergolong mampu. Akan tetapi, dia tidak pernah berlaku sombong terhadap siapapun, dia tetap ramah terhadap orang-orang dan rela menolang orang yang sedang kesusahan. Mendengar hal itu, aku dan temanku yang satunya menjadi kaget, lalu, kami bertanya, “kapan kamu akan pindah dari sekolah ini?” kata aku dan temanku secara bersamaan. “soal kapan aku juga belum mengetahuinya secara pasti, tetapi sepertinya sudah tidak lama lagi”. Jawabnya.
“Ah, sudahlah kita jangan memikrkan itu” kataku. Sambil mengalihkan pembicaraan kita. Akan tetapi, sebenarnya aku juga merasa kehilangan jika, dia benar-benar jadi pindah ke luar negeri. Setelah pembicaraan itu, kami segera pergi ke kantin yang tidak begitu jauh dari kelas kami. Kami memang sering ke kantin itu, kantin itu menjadi kantin langganan kami, selain makanannya yang lezat, di kantin itu juga merupakan tempat kami bercanda, tertawa bersama dengan teman-teman yang lain.
Dua hari setelah itu, kami masih sama seperti hari-hari sebeumnya, berangkat ke sekolah bersama-sama. Akan tetapi, setelah itu kami menjadi lebih dekat dari sebelumnya. Kami masih belum ingin berpisah satu sama lain. Masih banyak rencana kami, yang ingin kami lakukan bersama. Sekarang segala sesuatunya yang jarang kami lakukan bersama, kami lakukan bersama, seperti keluar atau jalan-jalan bersama. Memang, kami selama bersahabat sangat jarang keluar atau sekedar jalan-jalan bersama, kami lebih sering bersam ketika melakukan kegiatan yang ada kaitannya dengan sekolah kami.
Tak terasa, sudah hampir enam bulan atau satu semester kami duduk di kelas XI, ujian semester satu sebentar lagi. Kami tidak ingin menyianyiakan kesempatan ini. Setiap malam kami belajar bersama, untuk tempatnya kami saling bergantian belajar di rumah kami. Dalam ulangan kali ini, aku satu ruangan dengan temanku yang ingin pindah ke luar negeri dan temanku yang satunya berslebelahan ruangan dengan kami. Setiap soal ulangan kami jawab dengan penuh rasa percaya diri, entah itu salah atau benar, yang terpenting bagi kami jawaban itu berasal dari ilmu atau pengetahuan yang kami dapat selama menerima pelajaran di kelas.
Setelah seluruh mata pelajaran telah di ulangankan, kami juga bersikap sama seperti teman yang lainnya. Kami menjadi lebih santai, tetapi sedikit cemas dengan hasil ulangan kami nantinya. Akan tetapi, kami sudah melakukan yang terbaik dan kami sekarng tinggal bertawakal kepada ALLAH SWT. semoga hasilnya tidak mengecewakan bagi kami, orang tua, guru dan teman-teman kami. Dalam mengisi kegiatan di sela-sela menunggu pembagian rapor, sekolah kami mengadakan pertandingan antar kelas di bidang akademik dan non-akademik. Di bidang akademik seperti, lomba pidato bahasa Inggris, debat bahasa Inggris, lomba tulis karya ilmiah dan pidato bahasa Indonesia. Di bidang non-akademik yang dipertandingkan seperti, pertandingan sepak takraw, futsal, voli, tenis meja dan basket ball serta lomba kebersihan kelas.
Waktu terus berlalu, seluruh pertandingan telah selesai di laksanakan dan telah di dapatkan juaranya dari masing-masing cabang yang dilombakan. Dalam pertandingan itu, kelas kami mendapat peringkat ke satu pada lomba kebersihan kelas dan sepak takraw serta peringakat ke dua dalam debat bahasa Inggris dan futsal. Kami sekelas sangat bahagia karena dapat memberikan yang terbaik bagi kelas kami terutama buat wali kelas kami. Setalah pemberian hadiah kepada masing-masing pemenang. Keesokan harinya, kami kembali ke skolah dengan wajah-wajah yang penuh dengan kecemasan. Bagaimana tidak, hari itu, kami akan menerima laporan pendidikan kami selama enam bulan atau satu semester di kelas XI.
Kami sudah tidak sabar ingin mengetahui hasil yang kami dapatkan pada semester ini. Setelah laporan pendidikan itu di berikan kepada kami, kami sekelas sangat senang. Karena ternyata di kelas kami, tidak seorangpun yang mendapatkan nilai rata-rata dibawah standar kompetensi di sekolah kami yaitu, 75. Semua siswa di kelas kami mendapatkan nilai di atas 75. Pada semester ini aku mendapatkan peringkat ke 10, temanku yang satunya peringkat ke 12 dan teman kami yang ingin pindah itu mendapatkan peringkat ke 8.
Setelah penerimaan rapor, kami diberikan kesempatan oleh sekolah untuk beristirahat selama satu minggu di rumah, untuk menyegarkan kembali pikiran setelah mengikuti pelajaran selama enam bulan penuh. Saat liburan itu, aku dan kedua sahabat aku tidak bisa bersama-sama. Karena salah satu sahabat kami, ingin merayakan liburannya di kampung halamannya bersama dengan keluarganya yang lain. Dengan terpaksa, aku dan sahabatku yang satu harus menjalani liburan itu berdua saja.
Waktu terasa begitu cepat berlalu, setelah liburan selama seminggu. Kami harus kembali bersekolah seperti biasa. Memang kami senang dapat bersekolah lagi, karena dapat bertemu dengan teman-teman kembali. Akan tetapi, sulit untuk langsung kembali menerima pelajaran. Rasanya libur yang seminggu itu belum cukup bagi kami dan teman-teman yang lain. Akan tetapi, bagaimanapun kami harus kembali bersekolah untuk meraih masa depan yang cemerlang.
Setelah sehari kami kembali bersekolah, semua terasa seperti biasa lagi. Kami dan teman-teman yang lain begitu semangat menerima pelajaran pertama kami di semester yang baru. Seminggu kemudian, tepatnya pada hari sabtu. Ketika itu, kami dan teman-teman yang lain melakukan kegiatan rutin di sekolah kami setiap hari sabtu yaitu, kerja bakti. Sama seperti teman-teman yang lain, kami bekerja dengan semangat dan di barengi dengan canda tawa dari kami maupun teman-teman yang lainnya.
Setelah kami selesai kerja bakti, kami segera menuju ke WC untuk mencuci tangan. Setelah itu, kami bertiga segera kembali ke kelas. Dalam perjalanan kami, kami saling menghibur satu sama lain, kami tertawa dan sebagainya. Tiba-tiba perjalanan kami terhenti, bukan karena di marah oleh guru atau ada sesuatau yang terjadi. Akan tetapi, dari pembicaraan kami tadi, seorang teman kami yang ingin pindah ke luar negeri itu berkata
“sepertinya aku akan pindah dua minggu lagi” katanya.
“Apa?..” aku dan temanku yang seorang lagi terkaget mendengarnya.
“Ia, kata ayahku aku harus sudah siap-siap. Karena dua minggu lagi aku akan segera berangkat ke luar negeri.” Katanya.
“Tetapi, kamu akan pindah kemana?” tanyaku.
“Aku akan pindah ke Australia” jawabnya.
“Tetapi, kenapa harus secepat ini? Apa tidak bisa di tunda lagi?”. Tanya teman kami.
“Ah, kalian tenang saja dua minggu itukan masih lama jadi kita masih bisa bersama-sama lagi menjalani aktifitas kita”. Jawabnya
“Lama apanya, ini dua minggu, bukan dua tahun”. Kata teman kami.
“Ah, sudah jangan di bahas lagi. Kita sudah telat masuk jam pelajaran pertama.” Katanya sambil berjalan cepat menuju ke kelas.
Setelah berada di kelas, kami bertingkah seperti biasa. Kami bukannya tidak ingin memberitahu berita ini ke teman-teman yang lain, tetapi, kami hanya tidak ingin teman-teman yang lain bersedih. Karena teman kami yang ingin pindah itu, di kenal sangat baik, bertanggung jawab dan ingin bergaul dengan siapa saja.
Ketika malamnya, aku dan temanku yang satunya pergi ke rumahnya. Di sana kami bercerita, saling tukar pikiran, tertawa, bercanda dan terkadang bertanya soal kepindahannya. Tidak terasa, di tengah canda tawa kami tadi, waktu telah menunjukkan pukul 01.00 WITA. Aku dan temanku segera pamit kepadanya untuk pulang. Karena waktu sudah cukup malam.
Keesokan harinya, kami kembali ke sekolah. Saat di sekolah, aku dan temanku benar-benar kaget mendengar kata-katanya kepada kami.
Ia berkata “Ayahku semalam menelpon aku dan bilang kepadaku bahwa aku akan pindah dalam dua hari ini. Jadi mungkin, ini hari terakhirku bersekolah di sini.”
“Apa? Besok? Kemarin kamu bilang sama kita 2 minggu lagi. Tetapi, sekarang kamu bilang besok kamu sudah akan pindah. Kenapa begitu cepat?” kataku.
“Iya besok. Aku juga belum tahu kenapa begitu cepat. Tetapi, kalian tenang saja. Aku tidak akan melupakan kalian. Meskipun kita berjauhan, tetapi kita bisa berhubungan melalui teleponkan. Kita bisa saling memberi kabar dan jika kalian hendak mengganti nomor, beri tahu aku ya” katanya, kepada kami berdua.
“Iya kita harus tetap berhubungan meski hanya lewat telepon. Oke, kalokita ganti nomor telepon, kita hubungin kamu. Kamu juga ya” kata temanku.
“Iya” katanya.
Sebenarnya, mengenai kepindahannya di kelas belum ada yang mengetahuinya. Hanya kami bertigalah yang mengetahui soal itu. Akan tetapi, salah satu teman kami mengetahui hal itu. Karena saat dia pergi ke ruang guru, ia melihat surat pindah itu di meja salah satu guru kami. Kemudian dia menanyakan hal itu kepada kami, kami hanya bisa menjawab bahwa semua itu benar dan diapun kaget mendengar berita itu. Dia mengatakan kepada kami, “kenapa kalian menyembunyikan hal ini dari teman-teman yang lain?”.
Kami hanya bisa menjawab “kamu tahu sendirikan bahwa jika teman-teman yang lain mengetahuinya pasti kelas ini akan merasa kehilangan sekali. Bukan karena dia kaya atau sebagainya, tetapi karena kebaikannya kepada orang lain serta rasa tanggung jawabnya terhadap kelas ini begitu besar, sehingga dia sering dijadikan contoh oleh guru-guru disekolah ini.”
“Iya memang itu semua benar, baiklah saya akan menjaga rahasia ini.” Kata temanku yang tadi.
Hari itu berlalu begitu cepat, kamipun segera kembali ke rumah. Pada malam harinya, aku dan temanku pergi kerumah teman kami yang ingin pindah tersebut. Di sana kami tetap seperti biasa, memang saat kami bersama kami hanya bercanda, bertukar pikiran. Malam itu kami habiskan untuk bercanda, tertawa bersama. Sesekali juga kami menanyakan soal kepindahannya. Tetapi, kami tidak ingin mengingat-ingat itu lagi. Kami hanya ingin melakukan yang menyenangkan bagi kami pada malam itu. Tak terasa, waktu telah menunjukkan pukul 09.00 WITA. Kamipun pamit kepadanya dan mengucapkan selamat jalan kepadanya.
Serta kami juga bilang kepadanya “jika kamu sudah di sana jangan lupa sama teman-teman kamu yang di sini. Semoga kamu di sana dapat menjadi orang sukses. Kami akan selalu mengingatmu dan mendoakanmu.”
“Iya aku akan selalu mengingat kalian yang telah banyak membantu saya dan berbuat baik kepada saya. Tolong bilang sama teman-teman, jika saya banyak salah mohon dimaafkan dan tolong sampaikan permintaan maaf saya kepada mereka, karena tidak memberitahu kepada mereka soal kepindahan saya ini.” Katanya kepada kami.
“Iya kami pasti akan menyampaikannya kepada mereka. Mereka juga pasti akan mengerti dengan semua ini.” Kataku kepadanya.
Setelah itu kamipun segera kembali kerumah. Keesokan harinya, awalnya semua seperti biasa. Saat apel pagi, Andri sudah tidak lagi bersama-sama dengan kami. Teman-teman yang lain bertanya-tanya. Apakah Andri sakit? Apa teman-teman semua sudah tahu bahwa Andri itu orangnya jarang sakit dan setiap hari ia datang selalu lebih awal dari teman yang lainnya. Setelah apel pagi, di saat itulah teman yang lain mengetahui semuanya. Karena di kelas surat sakit dari orang tua Andri juga tidak ada.
Mereka mulai bertanya kepada kami “kalian tahu kenapa Andri tidak masuk?”
“Apakah Andri sakit?”
“kaliankan sahabatnya jadi kalian pasti tahu mengapa Andri tidak masuk. Ayo jawab pertanyaan kami. Jangan buat kami penasaran!” kata teman-teman kami kepada kami.
Baiklah aku dan jainal akan menjawab pertanyaan kalian. Dengan berat hati serta penuh rasa bersalah, karena telah merahasiakan semua ini kami menjawab pertanyaan teman-teman kami yang sudah dari tadi menunggu jawaban kami. “Sebelumnya kami ingin menyampaikan permohonan maaf Andri kepada kalian semua, karena telah merahasiakan semuanya kepada kalian semua. Andri sekarang sedang berada dalam perjalanan ke Australia. Dia sudah pindah dari sekolah ini.”
Teman-teman sangat kaget dan seolah-olah tidak percaya akan semua yang ku ceritakan kepada mereka. Saat itu kelas mulai kacau, mereka menjadi seperti kehilangan sesuatu yang berharga dalam hidup mereka. Beberapa saat kemudian, kelas menjadi tenang kembali. Karena guru mata peljaran saat itu sudah masuk ke kelas. Di kelas saat giliran nama Andri yang di panggil, mereka secara bersamaan mengatakan “sudah pindah bu”. Guru tersebut juga sempat kaget, karena kemarin guru itu masih mengajar Andri di kelas bersama-sama dengan kami. Guru tersebut juga heran, mengapa Andri pindah tidak memberitahunya. Tetapi, kata guru itu “sudahlah semua sudah terjadi”. Pelajaranpun di lanjutkan kembali.
Setelah mata pelajarn itu berakhir, kami kembali menjadi kacau. Kami seakan-akan masih bersam dengan Andri. Bahkan ada teman kami yang mencium-cium tempat Andri. Awalnya teman di kelas memang marah kepada Andri. Tetapi, setelah aku dan jainal menjelaskan semuanya mereka menjadi mengerti dan mau memaafkan kesalahan yang pernah Andri perbuat kepada mereka.
Mulai saat itu aku dan jainal melakukan semua kegiatan kami berdua. Tetapi, sesekali kami teringat kepada Andri. Kami masih belum bisa melupakannya, meskipun dia sudah berada jauh dari kami. Mungkin itulah arti sahabat yang sesungguhnya, meskipun kami bertiga baru bersahabat 1,5 tahun. Tetapi, rasanya kami sudah besahabat dari kecil. Teman-teman dikelaspun sepakat untuk membuatkan Andri baju PKSS (Pentas Kreasi Seni Siswa) yang memang merupakan kegiatan rutin yang diadakan di sekolah kami setiap tahunnya sebagai kenang-kenangan kami kepadanya. Itu semua kami lakukan agar, kami tidak melupakan Andri dan begitu pula Andri. Kami berharap dengan baju itu Andri terus mengingat kami sebagai teman-temanya yang selalu mendukungnya.